Photo by : Abdul Haris
Siang
itu sekitar pukul setengah 2 siang danau segara anak yang terlihat kebiruan
mulai menghilang dari padangan tertutup putihnya awan yang begitu menggumpal
kala itu. Perjalanan kembali kami mulai, secara perlahan kami mulai menuruni
jalur yang kian lama kian curam, kaki yang masih terasa lemas lantaran
seturunnya dari puncak yang hanya di selingi setengah jam istirahat dan
setengah jam untuk packing dan makan. Perjalanan siang itu boleh di katakan
cukup sepi, hanya beberapa pendaki dan beberapa porter yang lewat baik dari
segara anak menuju sembalun, maupun dari sembalun menuju segara anak seperti
kami.
Jalan Terjal menuju Danau segara anak
Cerita-cerita
mistis pun tiba-tiba menghinggapi saya yang akan melewati jalur turun menuju
danau segara anak, banyak cerita-cerita tidak mengenakan ketika jalur berubah
menjadi hutan pinus yang di sertai jembatan yang cukup gelap meski pada sore
hari. Namun tanpa bicara, kami terus berjalan dan berjalan seolah tak peduli
hal-hal semacam itu.
Jalan
kian menurun, tebing-tebing tak bisa kami hindari, merayap bak cicak di
bebatuan dan sambil menjaga langkah agar tidak terpleset. Ketika itu mulai
pukul 4 sore, “meng, tunggu bentar deh, gw mau ngeliat gimana itu porter naik”,
sahut saya kepada haris, yang kala itu berpapasan pada porter yang memikul
barang bawaan yang sangat banyak dan hanya menggunakan sendal jepit, sedikit
terkejut, namun para porter sangat mudah menaiki tebing tersebut tanpa
menggunakan tangan sama sekali, “gila ya, kaki nya bisa nempel gitu. Haha”,
sahut saya.
Porter yang hanya menggunakan sendal jepit sebagai alas kaki
Sore yang begitu cerah, saya, haris
dan anggi kebetulan menjadi yang terakhir jalan di belakang, berjalan santai
sambil menikmati pesona Rinjani yang begitu memanjakan mata. Sinar mentari yang
begitu indah, cahaya nya yang tembus dari bukit-bukit seolah memaksa untuk
berhenti sebentar dan mengabadikan momen indah tersebut.
Senja yang sangat indah
sekitar pukul 4 sore di jalur menuju segara anak
Setelah
3 setengah jam berjalan dari pelawangan sembalun, danau segara anak kembali
terlihat, setelah tertutup lembah-lembah dan tebing. Senyum pun tak bisa kami
hindari, akhirnya setelah berjam-jam berjalan kami sudah tiba di bibir danau
yang begitu kebiruan sore itu. Mendirikan tenda, bersih-bersih serta memasak
menjadi agenda kami selanjutnya.
Hampir tiba di Danau Segara Anak
Matahari
pun tenggelam di ganti indahnya pesona malam di pinggir danau yang airnya
memantulkan sinar rembulan. Di sanalah saya berkenalan dengan rombongan lain,
yang ternyata beberapa berasal dari Jakarta, Guntur, Ami, bang Zoffar, dan mba
Yeyen dan Yogi, yang kemudian persahabatan kami cukup kental hingga sekarang.
Sekedar
tidur-tiduran di tepian danau sambil memandang langit di malam yang cerah dan
cukup dingin tersebut menjadi momen wajib untuk saya, sambil merefleksikan
hidup, menengok kembali kebelakang dan bersyukur.
Pagi di tepian Danau
Malam berganti pagi, selesai
sholat subuh, saya berkeliling ke tepian danau yang perlahan di sinari cahaya
matahari yang masih malu-malu. Agenda hari ini kami ingin menuju gua susu dan
sedikit menikmati air panas yang berlokasi tak jauh dari danau tersebut.
Jalan Menuju Gua Susu
Jalan
menuju gua tersebut juga tak kalah indahnya, savana yang begitu luas, di
selingi beberapa awan yang seolah sangat dekat makin menambah semangat kami
untuk terus melangkah. Tibalah kami di gua susu, ternyata di sana cukup ramai,
meski kebanyakan dari pengunjung adalah warga lokal yang “mencari ilmu”, mereka
umumnya menggunakan kain putih, dan terkadang membawa sesajen, dan membawa
botol plastik untuk sekedar membawa air yang keluar dari dalam gua untuk di
bawa pulang. Salah seorang dari mereka pun bercerita kepada saya, bahwa
terdapat 3 tahapan yang umumnya di jalani orang-orang tersebut, “pertama kita
ke gua putri mas, terus ke gua susu, lalu untuk tahapan akhirnya pembersihan
dan mandi di danau segara anak”, tegas salah seorang dari mereka, saya pun
terus mengobrol dengan beliau. Tak lama berselang tak tahan godaan, saya pun
memasuki gua susu yang jalannya cukup licin dan pintu masuknya berada di
tebing-tebing. Puas menikmati air hangat di dalam gua, kami kembali melanjutkan
perjalanan menuju camp area di tepian danau.
Tepian Gua Susu
Tak banyak kegiatan yang saya
lakukan setelah itu, hanya duduk, berkeliling seputaran danau, serta sesekali
mengobrol dengan beberapa porter. siang menjelang, saya melihat seorang
wisatawan asing tiba-tiba berenang di danau, sedikit kaget dan ingin juga
merasakan berenang di ketinggian lebih dari 2000 m, saya, haris, toqe, serta
syarif pun ikut nyebur di tepiannya. Dan tak disangka airnya dingin sekali,
meski siang hari, “dingin bener coy ini airnya, kaya air kulkas kali yaa,
haha”, ujar saya pada syarif. Hanya setengah jam kami berendam di danau
tersebut.
Berenang di Danau, Photo by : Yogie
Setelah itu kami menghabiskan
hari dengan sekedar memancing di tepian danau, sambil berbagi cerita.
Sepertinya hasil tangkapan ikan cukup banyak sore itu, sekitar pukul 5 sore, di
temani semilir angin serta suara dedaunan tertiup angin, kami pun kembali
memasak. Hhmm, ikan bakar bakal menjadi menu santapan kami selanjutnya.
Photo by : Abdul Haris
Photo by : Abdul Haris
Rasanya nikmat sekali menyantap
ikan mas, serta nila hasil tangkapan bersama dan menikmatinya di tepian danau
segara anak yang begitu indah. Sore berganti malam, kami kembali berbagi cerita
di tepian danau.
Senja pun tiba, menandakan sore terakhir kami di
danau segara anak, rasa-rasanya tidak kan pernah cukup jika hanya 2 malam di
danau segara anak. Sore yang indah berganti malam yang penuh bintang, cuaca
sangat cerah malam itu, kami pun menghabiskan sisa logistik, agar keesokan harinya
tidak terlalu berat ketika melalui jalur senaru.
Memandang puncak Rinjani sebelum menuju plawangan Senaru
Pukul
8 pagi, setelah packing serta sarapan, kami bergegas melahap jalur senaru.
Meski sebelum mendaki rinjani, beberapa teman telah bercerita mengenai jalur
senaru yang cukup banyak cerita tidak mengenakan, terutama pada makhluk astral.
Seolah berpacu dengan waktu, kami terus berjalan agar tidak terjebak malam di
hutan senaru tersebut. Pukul 12 siang kami sudah tiba di plawangan senaru,
begitu indah danau segara anak dari kejauhan, gunung baru jari yang terlihat
jelas, serta puncak Rinjani yang kokoh berdiri.
Photo by : Abdul Haris
Jalur Senaru yang begitu Indah
Jalur Senaru yang begitu indah siang itupun tak luput dari pandangan kami, sesekali kami berhenti untuk sekedar beristirahat dan mengambil foto.
Jalur yang terus menanjak untuk tiba di Plawangan Senaru
mengambil Foto sejenak sebelum menajutkan perjalanan
Sekitar 45 menit beristirahat, kami melanjutkan kembali perjalanan. Plawangan yang begitu panas, dan sedikit pepohonan, berganti menjadi hutan belantara yang di penuhi pepohonan yang begitu besar. Otak saya pun berkecamuk mengenai “cerita-cerita” tersebut, seolah tak perduli, saya terus berjalan tanpa peduli apapun dan terus menjaga pikiran-pikiran saya. Meski kala itu siang hari, namun serasa sore menjelang magrib di hutan senaru, gelap, dan penuh misteri.
Saya pun terus berjalan hingga
tiba di pos 3 senaru, sedikit menyantap cemilan sambil menunggu beberapa teman
lain yang tak begitu jauh jaraknya. Setelah itu kami terus berjalan hingga tiba
di pos 2 senaru, sejenak saya berhenti dan melakukan sholat ashar. Kala itu
sekitar pukul 4 sore. Selesai sholat, kami kembali tancap gas, agar tidak kena
malam di jalur senaru. Akhirnya sekitar pukul 5 sore, saya tiba di pintu rimba
senaru. Senang bukan main rasanya, akhirnya 5 hari perjalanan kami di Gunung Rinjani
berhasil, dan tanpa ada kendala apapun. Karena hari mulai malam, akhirnya kami
bermalam di pos pendakian di senaru, lokasinya agak jauh dari pintu rimba
senaru, sekitar setengah jam jika berjalan kaki.
Tak banyak kata terucap malam itu, selain rasa syukur
yang mendalam, dan dalam hati saya berkata akan kembali lagi ke sini kelak.
Terima kasih untuk 5 hari tak terlupakan seumur hidup, Rinjani & para
sahabat.
Jalur pendakian yang kami tempuh
:
H1 Sembalun Lawang – Pos 1 (Tengengean) – Pos 2 (Pemaluan)
H2 Pos 2 – Plawangan Sembalun
H3 Plawangan Sembalun – Puncak Gn Rinjani – Danau Segara Anak
H4 Danau Segara Anak – Air panas – gua susu
H5 Danau Segara Anak - Senaru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar