Sudah sejak lama saya melihat
bangunan tua itu, tegap berdiri di pinggir danau yang kini di gunakan warga untuk
penghidupan, berternak ikan. Tak banyak yang saya ketahui, yang saya tahu
bangunan tua itu adalah peninggalan Belanda. Gerbang selalu tertutup rapat, dan
simpang siur bahwa rumah-rumah kecil di sekitaran bangunan tua tersebut yang
masih satu kawasan terdapat orang yang menghuninya.
Rumah
Kongsi, begitulah warga sekitar menyebutnya. Rumah yang memiliki luas
kurang lebih 1.000 meter persegi ini dahulu kala dijadikan pabrik dan rumah
sakit pada masa kolonial Belanda. Sudah puluhan tahun kiranya rumah tersebut
kosong, terlihat dari tembok-tembok putih yang sudah berwarna kehijauan di
hinggapi lumut. Berjalan di tepian danau, suara kekelawar dari kejuhan sayup
terdengar, bergema dan keluar dari jenda-jendala tanpa kaca yang sudah keropos.
Siang namun serasa seperti malam ketika mata ini mengarah ke dalam jendela
tersebut. Gelap tanpa cahaya sedikitpun, hanya sekilas terlihat kekelawar yang
berterbangan.
Literatur-literatur
dan berbagai informasipun berusaha saya gali, namun sangat sedikit info
mengenai bangunan tua itu, sampai pada akhirnya saya menemukan informasi meski
hanya sedikit di buku Alwi Shahab, Robinhood Betawi. Menelisik sejarah Jakarta,
buku itupun membahas tentang Nyai Dasima, gadis desa asal Kuripan yang berparas
cantik, yang meregang nyawa di tahun 1810 silam. Ternyata tempat tinggal nyai
Dasima tak begitu jauh dari bagunan tua tersebut, sekitar 2km menurut buku itu.
Awalnya saya menduga bahwa rumah tersebut dimiliki orang berkebangsaan Belanda,
namun setelah membaca bab “Menyusuri Jejak Nyai Kuripan” saya mengetahui
bahwasanya pemilik bangunan tua tersebut adalah seseorang berkebangsaan
Inggris, hal ini tercermin dari batu nisan yang terdapat di dalam kawasan
tersebut yang tertulis sebuah nama William Menzils (1860). Dan ketika masih
dimiliki tuan tanah berkebangsaan Inggris, bangunan/rumah itu lebih dikenal
dengan sebutan rumah Kuripan.
Ka bisa di teliti lebih lanjut engga ya soal nya saya masih penasaran dengan isi dalam kongsi itu soal nya saya blm pernah masuk ke dalam kongsi itu
BalasHapusSaya dulu waktu sekolah SMP sering lewat situ, kebetulan pintu samping yg hanya muat orang di buka jd saya motong jalan, di bangunan utama ada rumah putih kokoh isinya masih rapi dan terawat, kemudian bagian belakang rumah utama ada kolam renang yg sekelilingnya ada pohon2 kalau tdk salah pohon bunga Kamboja, ada pendopo kecil untuk duduk2 dan juga ada sebuah makam di area belakang, trus lagi yg paling saya suka metik buah2 seperti rambutan tp ukurannya besar, tapi isi buah itu cuma biji yg kalau di pegang jd merah, berjalan sedikit kesamping ada rumah walet di depannya baru baginan yg ada di foto itu saya kira itu bekas pabrik gula, sy tak tau pasti sebab sy tak berani masuk ke bangunan itu Krn sudah kosong, gelap dan rusak.
HapusKa bisa di teliti lebih lanjut engga ya soal nya saya masih penasaran dengan isi dalam kongsi itu soal nya saya blm pernah masuk ke dalam kongsi itu
BalasHapuskemarin saya sudah mencoba masuk ke dalam, namun belum dapat izinnya. sudah tidak di buka untuk umum, dulu pernah di buka untuk umum.
HapusTitik di google maps apa namanya min?
BalasHapusDekat dengan perempatan ciseeng, Krn rumah sy di dekat situ
Hapus