Siang itu terasa begitu terik,
angin laut berhembus terasa amat kering menerpa wajah. Feri yang kami tumpangi
bergoyang seolah mengikuti hempasan ombak. Sumringah raut wajah para wisatawan.
Kepala saya masih agak terasa berat, dan sedikit tak percaya pukul setengah 2
malam tadi saya berada di feri di pelabuhan yang sama.
Merak – Bakauheni, tepat pukul 12
malam tadi saya menyebrangi selat sunda, setelah menumpangi bus ekonomi seharga
Rp 40.000 dari Grogol menuju merak selama kurang lebih 4 jam. Hingga akhirnya
pukul 7 pagi, dari Bandar Lampung saya dan Darus bergegas menuju bus Wisata
yang membawa wisatawan ke feri untuk menyaksikan sang anak Krakatau dari tengah
laut.
Asap menyeruak dari balik
gundukan pasir besar yang membentuk pulau, ombak menghantam kencang pada sisi
tebingnya. Kepulan asap kian kuat, memuntahkan material seperti pasir yang samar-samar
terlihat dari kejuhan. Pulau tersebut di kelilingi pulau-pulau kecil nan indah
di sekelilingnya meski terlihat amat gersang.
Jauh dari bayangan saya
sebelumnya, anak krakatau di benak saya berbentuk kerucut besar, kokoh nan
mengah berdiri di tengah hempasan ombak di selat sunda, namun setelah erupsi
yang cukup besar yang terjadi pada Desember 2018 lalu merubah bentuk morfologi
gunung anak krakatau, lebih kurang sepertiga bagian lereng sudah hilang dan
menjadi cekungan kawah yang menyerupai teluk. Kini anak krakatau berbentuk
seperti gundukan pasir besar dengan kepulan asap di bagian kawahnya.
Feri mengelilingi anak krakatau
perlahan, di iringi musik yang cukup memekakan telinga di bagian bawah Dek feri,
tempat biasa memarkir kendaraan. hantaman ombak di samudra biru mengringi para
wisatwan yang antusias melihat sang anak Krakatau dari tengah laut.
wisatawan mengabadikan gunung anak Krakatau dari atas Kapal Fery |
Krakatau Festival 2019 acara yang
saya hadiri bersama seorang karib, Darus, merupakan pagelaran festival yang
rutin di lakukan setiap tahun di provinsi Lampung. Festival ini merupakan
kegiatan mengenang meletusnya gunung Krakatau pada tanggal 26 dan 27 Agustus
1883 di samping itu festival ini juga menjadi sarana untuk melesatarikan seni
budaya daerah Lampung serta menjadikan Lampung sebagai tujuan wisata utama Indonesia.
Empat rangkaian acara yang telah di helat di Festival ini, Pesona Sai Bumi Ruwa
Jurai, Expo Krakatau Lampung, Trip Krakatau, dan Karnaval Tapis & Budaya
Lampung.
ombak menghantam tepian gunung anak krakatau |
Pagi hingga petang Trip Krakatau
pun rampung tepat pukul setengah 5 sore di hari pertama. Kepala saya terasa
terombang ambing ketika menginjakkan kaki di pelabuhan, kurang dari 12 Jam saya
sudah berlayar 2 kali di Feri di tambah esok malam pun saya kembali menyeberangi
laut untuk kembali ke Ibu Kota.
Acara yang sebetulnya kami
tunggu-tunggu pun akhirnya tiba, hari kedua di rangakian Krakatau Festival ini
di isi dengan Karnaval Tapis & Budaya Lampung. Karnaval yang menampilkan
atraksi budaya, pakaian adat yang kaya di provinsi Lampung dan tak terkecuali
kain tradisional yang indah yang di sebut Tapis. Karnaval di mulai di pukul 2
siang. Siang amat terik, matahari tepat di atas kepala kami seolah tak terasa
karena kemeriahan acara. Peserta mengelilingi lapangan Saburai hingga ke jalan
raya utama.
parade krakatau festival |
Hari kedua ini pun di hadiri
Mentri Pariwisata, Arief Yahya. Parade amat meriah, peserta terlihat sumringah
bahagia dan berlenggok bak model saat melakukan parade budaya. Jalan raya penuh
dengan wisatawan yang tumpah ruah, festival yang kali pertama saya hadiri ini
terasa amat menyenangkan.
Di balik kemeriahan acara ini ada
hal yang sedikit mengganjal hati saya, 2 ekor gajah Way Kambas ikut pawai di
perayaan hari kedua ini. Gajah ini di pawangi oleh seorang yang duduk di
punggunnya, dan di kelilingi dengan polisi hutan lengkap dengan senjata,
berjaga jika sang gajah mengamuk. Di balik kemeriahan ada seekor hewan yang
semestinya tidak berada di tempat tersebut, terlepas apapun itu. Saya hanya
berdiam dan menatap tak tega, berharap di pagelaran Festival tahun depan tidak
mengikut sertakan Gajah, dan membiarkan hewan liar itu hidup di habitatnya.
Informasi tambahan :
- Pegelaran Festival ini ruitn di lakukan setiap tahun, umumnya di selenggarakan sekitar tanggal 24-27 Agustus.
- Untuk Trip Krakatau Expo dikenakan biaya kontribusi peserta, kecuali tamu undangan.
- Biaya kontribusi ini termasuk makan, snack, asuransi perjalanan, Transportasi.
- Karnaval Tapis & Budaya Lampung umumnya di helat di kota Bandar Lampung, acara di mulai jam 1 atau 2 siang, tanpa di pungut biaya.
Galeri foto Krakatau Festival
2019 :
gunung anak krakatau terlihat dari tengah lautan |
kapal SAR yang mendampingi kapal Fery utama yang membawa Wisatawan dan ASN |
Peserta parade dengan pakaian adat |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar