Sukabumi 29 Juli 2016, di tengah
cuaca yang di dera hujan semenjak sore hingga malam, saya dan 3 orang sahabat
(Agus, Firkah, dan Dadan) tiba di pos pintu masuk TNGHS di Cidahu, Sukabumi,
Jawa Barat. 3 jam perjalanan kami tempuh dari sawangan menuju pintu masuk
tersebut, truk serta tronton yang berukuran sangat besar pun menghiasi
perjalanan kami dari arah Sukabumi.
Malam pun kian larut, sekitar
pukul 2 Pagi kamipun tiba. Suasana hening, dingin, suara jangkrik pun menyambut
kedatangan kami. Terlihat hanya ada sekitar 5 orang pendaki saat itu yang tiba
sekitar pukul 3 pagi. Sejenak kami beristirahat hingga fajar tiba untuk memulai
perjalanan. Sinar mentari pun muncul, cahayanya membangunkan kami yang tertidur
pulas di warung sekitar pintu masuk. Segera saya memesan sarapan untuk ketiga
orang sahabat, tak lupa susu hangat menjadi minuman wajib kami sebelum membelah
hutan Gunung Salak.
Puncak Manik dari awal pintau pendakian Cidahu
Pukul 7 pagi kami memulai
perjalanan, setelah melakukan registrasi untuk pendakian dengan biaya yang cukup
terjangkau yakni Rp. 20.000. Jalur aspal pun menandai awal perjalanan kami,
hingga tiba di pintu rimba pendakian.
Pos Bajuri
Hutan dengan vegetasi yang lebat
pun membuat udara pagi itu kian terasa sejuk, bau tanah serta dedaunan basah
semakin membuat awal perjalanan kami semakin bergairah. Tak terasa sekitar 2
jam perjalanan kami tiba di Bajuri, yakni Pos persimpangan antara jalur menuju
Puncak Manik dan Kawah Ratu. Sejenak kami beristirahat dan mengambil air di
sungai yang mengalir di sekitar Pos Bajuri. Titik ini merupakan salah satu
tempat terakhir para pendaki untuk mengambil air, karena untuk menuju Puncak
tidak ada sumber air.
Perbekalan air sudah kami
siapkan, kamipun melanjutkan perjalanan. Estimasi kami tiba di Puncak Manik
sekitar pukul 3 sore, tak terasa langkah kian terasa berat, vegetasi yang
sangat rapat memaksa kami untuk ekstra hati-hati, akar-akar yang berseliweran
pun menghiasi perjalanan kami dari bawah hingga atas. Tebing-tebing yang harus
kami lewatipun terasa sangat licin, batu-batu tebingan tersebut diselimuti
lumut yang cukup banyak. Beberapa kali tali webing yang terpasang sangat
membantu untuk melewati tebingan.
Tanjakan Iblis
Lumpur yang sedalam betis pun tak
terelakan untuk kami hindari meski beberapa pohon tumbang berseliweran yang
terkadang sangat membantu untuk pijakan kaki. Hari pun beranjak siang meski matahari
semakin meninggi namun lebatnya pepohonan membuat cahaya matahari tak mampu
menembusnya. Pukul 1 siang kamipun memutuskan untuk beristirahat sejenak
setelah menemukan sepetak tanah yang agak lapang yang agak teduh. Beberapa
makanan serta cemilan tak luput dari perut yang sudah mulai keroncongan.
Tak terasa 1 jam waktu berlalu,
kamipun kembali melanjutkan perjalanan. Tebing, lumpur, dan tali webing pun
kembali menyambut kami, jalanan yang begitu menanjak kemudian menurun, akar
serta bebatuan yang licin seakan tak memberi ampun pada kami. Patok-patok yang
tertulis angka pun menandai tiap langkah kami, tercatat ada 50 patok untuk
menggapai Puncak Manik dari Pos Bajuri, dimana tiap Patok berjarak 100 meter,
sekilas jarak tersebut terlihat tak begitu jauh, namun jalur yang berat membuat
jarak 100 meter terasa sangat melelahkan.
Jurang-jurang serta berbagai
tebingan pun kami lewati hingga pada pukul 3 sore, kami baru tiba di tebing
yang sangat curam dan tinggi, lokasi tersebut merupakan tempat terjadinya
Tragedi Pesawat Sukhoi 2012 lalu yang menewaskan 45 orang, dalam hati saya
bergumam wajar bila evakuasi jenazah sangat sulit kala itu, jalur yang berat,
belantara yang sangat lebat serta jurang yang banyak mengaga seakan tak
memberikan akses untuk evakuasi.
Tebing Lokasi Tragedi Sukhoi
Belantara yang telah kami tembus
Perjalanan kembali kami
lanjutkan, patok demi patok pun terlewati, hingga akhirnya kami tiba di patok
ke 49 dan tak lama berselang tibalah kami di Puncak Manik. Rintik hujan pun
menyambut kedatangan kami, segera saya membangun tenda karena hujan semakin
deras.
Malam setelah hujan reda
Beberapa pendaki lain pun satu
persatu tiba di Puncak Manik dari Rute Cimelati, Puncak Manikpun di penuhi beberapa
tenda. Hari semakin sore, saat itu pukul 5 sore kami pun memasak untuk mengisi
kembali tenaga yang telah terkuras habis.
Tak jauh dari tempat kami
mendirikan tenda, terdapat makam yang di keramatkan yakni makam atau kuburan
mbah Salak. Berdiri tegak tepat di samping makam yang terlihat sederhana itu
terdapat sebuah gubuk yang di tiap sisinya terdapat bak yang berisikan air
hujan. Memang terlihat agak kotor, tetapi air sangat berharga di Puncak ini,
kamipun menggunakannya untuk memasak dan minum.
Malam pun tiba, hujan yang reda
berganti dengan langit malam yang sangat cerah. Bintang yang bermunculan yang
membentuk aliran sungai semakin membuat hati bersyukur, udara dingin yang
menyelimuti serta secangkir kopi jahe hangat menemani saya menikmati indahnya
galaksi bima sakti yang indah di angkasa. Malam pun kian larut, saya kembali ke
tenda dan beristirahat.
Fajar pun menyingsing, angkasa
terasa begitu kuning pagi itu. Sinar mentari yang menghangatkan tubuh setelah
di dera udara yang dingin malam itu. Pagi begitu cerah, terlihat dari kejauhan
Gunung Gede Pangrango yang berdiri kokoh seraya memanggil untuk kembali saya
daki.
Indahnya mentari pagi mengiringi
kami untuk membuat sarapan serta sejanak mengambil foto. 2 jam berlalu,
Puncak Manik di pagi hari
Puncak Salak 2 dari kejauhan
sekitar pukul 11 pagi, kami bergegas turun kembali melalui rute Cidahu. Tak terasa sekitar 6 jam perjalanan turun, akhirnya tibalah kami di tempat awal pendakian yakni pintu rimba. Wajah sumringah menghiasi wajah saya dan para sahabat, bahagia serta bersyukur kami bisa turun kembali dengan selamat dan tanpa cidera.
Aliran sungai menyambut tiba nya
kami, sejenak kami beristirahat dan mandi di sungai yang di penuhi bebatuan
tersebut, air yang begitu dingin sangat menyejukkan badan. Tak lama berselang,
kamipun kembali ke Pos pendaftaran untuk konfirmasi, dan setelah itu bergegas
pulang.
Terima kasih Salak, Alam mu
sangat indah, semoga anak cucu kami kelak bisa menikmati kemegahan mu.
Insya Allah kamipun akan segera naik ke puncak manik salak 1
BalasHapus