Menyusuri Perut Bumi di Goa Simenteng dan Goa Simasigit.

Goa Simenteng
Goa Simenteng

Cigudeg, 10 Desember 2016. Pagi terasa begitu cerah, gumpalan awan serta birunya langit menghiasi perjalanan saya dan seorang sahabat, Restu, seolah hangatnya sinar mentari menyambut petualangan yang akan kami lakukan hari ini.

Kurang lebih 3 jam waktu tempuh yang kami butuhkan dari Depok menuju Desa Cigudeg, Bogor, dengan menggunakan sepeda motor. Jalan begitu sepi ketika kami melintas dari Ciampea sampai Leuwiliang, udara sejuk Bogor serta rindangnya pepohonan mengiringi kami sepanjang jalan.
Letak Goa Simenteng dan Goa Simasigit berada dalam kawasan kompleks Goa Gudawang, terdapat beberapa Goa dalam Kompleks Goa Gudawang, namun saat ini hanya 3 Goa yang di buka untuk umum, yakni Goa Simenteng, Goa Simasigit, dan Goa Sipahang.

Tepat jam 12 siang kami tiba di lokasi, istirahat sejenak sambil menyantap perbekalan pun menjadi agenda sebelum kami mulai masuk ke dalam perut bumi. Tepat pukul 13.30 kami berdoa sebelum memulai menyusuri Goa. Kami putuskan untuk menyusuri Goa Simenteng terlebih dahulu. Setelah semua peralatan di rasa siap, kami pun memulai menuruni beberapa anak tangga gua Simenteng. Udara pengap pun langsung menyambut kedatangan kami, meski di beberapa diding gua sudah di lengkapi dengan pipa oksigen.

aliran air di dalam Goa Simenteng
Suara gemercik air mulai keluar dari celah-celah bebatuan, membentuk aliran sungai yang akan kami telusuri. Meski aliran sungai terbilang tidak deras dan hanya setinggi lutut, namun terkadang membuat langkah kaki terasa berat, di tambah pengap udara yang kian menyeruak membuat keringat bercucuran dari tubuh kami.

Sunyi dan begitu sepi hanya di temani suara langkah kaki yang menerjang aliran air serta sesekali terdengar suara kekelawar yang berseliweran di atap goa, makin dalam kami menyusuri goa udara kian pengap serta bau tak sedap guano (kotoran kekelawar) yang begitu tajam sangat menyengat membuat dada sedikit terasa sesak.
dinding Goa yang terkena cahaya lampu kami, membuatnya kian indah

Decak kagum pun tak terbendung lagi dari hati ini, kian dalam kami menelusurinya kian indah dinding-dinding goa, begitupun stalaktit dan stalakmitnya. Meski begitu indah di tiap sisinya, namun keindahannya di kotori oleh ulah tangan tak bertanggung jawab. Coretan berbagai nama membuat dinding goa menjadi rusak kealamiannya, sedikit miris melihat keindahan yang begitu menakjubkan di rusak begitu saja.

Tibalah kami di tempat begitu besar di dalam goa simenteng, lanskap yang indah dan kegelapan abadi mulai menyeruak, aliran sungai mulai berhenti, airnya mulai masuk kembali ke celah-celah bebatuan. Ribuan kekelawar berada tepat di atas kami, tak terasa guano yang terinjak pun semakin menggunung, sangat menusuk hidung baunya.

tiba di tempat yang begitu besar di dalam Goa Simenteng

Sejenak beristirahat sambil mengabadikan momen
Tak terasa satu setengah jam berlalu, kami memutuskan untuk kembali keluar dari goa simenteng. Tujuan kami selanjutnya kami menyusuri goa sipahang, salah satu gua terpanjang diantara yang lain, namun sayang sekali, karena beberapa hari terakhir hujan cukup lebat, beberapa bagian goa tergenang air cukup dalam hingga seleher, kamipun mengurungkan niat karena resikonya cukup besar.

Goa Simasigit

Goa Simasigit pun menjadi tujuan kami, beristirahat sejenak dari keluarnya kami dari goa Simenteng, kami kembali memasuki goa Simasigit yang pintu goanya berbentuk kepala Macan, goa Simasigit tak terlalu dalam dan tidak ada aliran sungai di dalamnya, namun jalurnya sangat sempit, sesekali kami merangkak untuk memasukinya.

Jalur yang sangat sempit

udara yang begitu pengap membuat cucuran keringat tak terbendung lagi
Kian dalam kami menyusurinya jalur kian menyempit, udara terasa amat pengap karena begitu sempit, kekelawar yang berseliweran terkadang membuat kaget dan sedikit berhati-hati karena khwatir menabrak wajah. Setelah melewati celah yang amat sempit, kamipun menemui jalan buntu yang menandakan kami sudah berada di ujung goa. Setelah sekitar 20 menit berjalan dan merangkak akhirnya kami mulai melihat indahnya mentari sore hari di celah bukit rengganis yang menandakan akhir dari perjalanan kami menyusuri Goa Simenteng dan Goa Simasigit.

jalur yang sangat sempit, sebelum akhirnya meneui ujung dari Goa Simasigit.
ujung dari Goa Simasigit

Literatur Perjalanan :
  •  Untuk menuju Komplek Goa Gudawang, dari dramaga Bogor, lurus mengikuti jalan hingga Leuwiliang kemudian lurus hingga tiba di desa Cigudeg.
  •  Setelah tiba di desa Cigudeg, perhatikan jalur sebelah kanan, terdapat papan yang berukurang tak terlalu besar yang bertuliskan Goa Gudawang. Kemudian ikuti jalan tersebut, hingga menemukan papan kecil bertuliskan Goa Gudawang, kemudian belok ke kanan dan memasuki jalan yang agak rusak. Tak lama setelah itu terlihat komplek Goa Gudawang.

Biaya serta perlatan :
  •  Biaya registrasi sebesar Rp 15,000 termasuk biaya parkir.
  •  Jika belum berpengalaman sebaiknya minta untuk di dampingi penjaga atau Guide.
  • Perlatan safety perlu di persiapkan untuk menelusuri Goa ini, seperti sepatu Boots, helm, headlamp.
  • Diharapkan membawa pakaian cadangan, karena jalur goa yang mayoritas basah dan berlumpur.
  • Untuk keselamatan diri maupun kelestarian Goa, mohon untuk mengikuti seluruh peraturan yang telah di tetapkan di Kompleks Goa Gudawang.

2 komentar:

  1. Terimakasih telah berbagi pengalamannya menyusuri keindahan alam ini, membuat kita belajar bahwasanya bumi ini diciptakan dengan berbagai keindahannya. Sangat disesalkan dengan masih adanya orang orang yang mencorat-coret dinding goa dan tentunya merusak keindahan serta kealamian goa tersebut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, sangat di sayangkan dinding Gua yang indah harus di kotori dengan tulisan-tulisan dr orang-orang yg tidak bertanggung jawab.

      Hapus