Camping dengan Motor Tua di Bumi Perkemahan Sukamantri Bogor

Kilas balik perjalanan di Juli 2019. Sore itu begitu mendung, jalan kota Bogor pun kian macet tak ubahnya ibu Kota di kala hari kerja. Si Hijau yang menjadi 'ikon' Kota Bogor tersaji dan berseliweran di sepanjang jalan seraya mengiringi perjalanan, menambah hiruk pikuk sore hari yang begitu padat dan temaram.

Seorang diri saya pacu roda dua melewati tanjakan-tanjakan curam, jalanan yang berbatu, rasanya motor tua yang saya kendarai tak habis semangatnya meski sudah berumur hampir 45 tahun. Honda CB125 Se, motor yang begitu populer di tahun 1970an, sekarang cukup banyak menghiasi jalanan ibu kota, bak kembali hidup dari kuburnya.

Jalanan kian menanjak tatkala saya memasuki daerah Ciapus hingga tiba di pertigaan menuju Bumi Perkemahan Sukamantri. Matahari yang sedari tadi malu-malu pun perlahan tenggelam, di ganti malam yang sejuk khas udara pegunungan. Jalan kian berat, batu-batu makadam sebesar kepalan tangan menambah tantangan tersendiri, jalanan begitu sepi tak seorangpun orang yang saya temui sepanjang jalan peternakan Jafpa. Hanya sorotan dari lampu motor yang susah sedikit meredup ini sumber penerangan satu-satunya yg saya dapatkan hingga tiba di pintu masuk Bumi Perkemahan.

Tiket masuk sudah di tangan, saya dan motor tua ini pun  lekas mencari tanah lapang untuk mendirikan tenda. Namun tak semua perjalanan mulus adanya meski hanya berniat camping ceria, gerimis pun turun tatkala saya mendirikan tenda, dan secara tidak terduga frame tenda tak sengaja tertekan ketika saya terburu-buru, "Craaaakk......" suara yang rak ingin terdengar pun muncul, saya baru saja mematahkan frame tenda secara tak sengaja. Gerimis pun semakin menjadi-jadi, sayapun sedikit kuyup, namun inilah perjalanan, seberapapun harus di nikmati, "itung-itung udah lama ga main hujan-hujanan" pungkas saya dalam hati.

Frame tenda sudah di perbaiki, saya ikat dengan lakban yg memang benda wajib yg selalu saya bawa. Tenda telah didirikan, dan gerimis pun perlahan mereda. Bintang nampaknya masih malu-malu menyibak keindahannya, namun mendapat foto lanskap memang sedikit di butuhkan keberuntungan, dan sang bintangpun muncul perlahan, namun tak berselang lama kembali tertutup awan.

Selepas Hujan

Bintang yang sedikit menampakkan wajahnya

Malam begitu damai, sengaja saja memilih tempat yang sedikit jauh agar mendapat suasana hening dan jauh dari hingar-bingar. Suara cemara-cemara yang tertiup angin udara sejuk pegunungan seolah menambah kekhidmatan malam itu. Segelas kopi dan e-book yang saya baca, menemai hingga larut malam.

Terbitnya sang Surya

Rasanya begitu hidup, mengirup udara sejuk pegunungan selepas turun hujan di malam hari dan di sambut pagi yang amat cerah, matahari tepat bersinar di balik cemara seraya mengahangatkan tubuh yang di terpa dinginnya subuh. Syukur saya panjatkan masih bisa menikmati ciptaan Tuhan yang Maha Sempurna ini di tengah hingar-bingar gemerlap Dunia.

  

Honda CB 125 SE