Secuplik kisah dari Krakatau Festival 2019




Siang itu terasa begitu terik, angin laut berhembus terasa amat kering menerpa wajah. Feri yang kami tumpangi bergoyang seolah mengikuti hempasan ombak. Sumringah raut wajah para wisatawan. Kepala saya masih agak terasa berat, dan sedikit tak percaya pukul setengah 2 malam tadi saya berada di feri di pelabuhan yang sama.

Merak – Bakauheni, tepat pukul 12 malam tadi saya menyebrangi selat sunda, setelah menumpangi bus ekonomi seharga Rp 40.000 dari Grogol menuju merak selama kurang lebih 4 jam. Hingga akhirnya pukul 7 pagi, dari Bandar Lampung saya dan Darus bergegas menuju bus Wisata yang membawa wisatawan ke feri untuk menyaksikan sang anak Krakatau dari tengah laut.

Asap menyeruak dari balik gundukan pasir besar yang membentuk pulau, ombak menghantam kencang pada sisi tebingnya. Kepulan asap kian kuat, memuntahkan material seperti pasir yang samar-samar terlihat dari kejuhan. Pulau tersebut di kelilingi pulau-pulau kecil nan indah di sekelilingnya meski terlihat amat gersang.

Jauh dari bayangan saya sebelumnya, anak krakatau di benak saya berbentuk kerucut besar, kokoh nan mengah berdiri di tengah hempasan ombak di selat sunda, namun setelah erupsi yang cukup besar yang terjadi pada Desember 2018 lalu merubah bentuk morfologi gunung anak krakatau, lebih kurang sepertiga bagian lereng sudah hilang dan menjadi cekungan kawah yang menyerupai teluk. Kini anak krakatau berbentuk seperti gundukan pasir besar dengan kepulan asap di bagian kawahnya.
Feri mengelilingi anak krakatau perlahan, di iringi musik yang cukup memekakan telinga di bagian bawah Dek feri, tempat biasa memarkir kendaraan. hantaman ombak di samudra biru mengringi para wisatwan yang antusias melihat sang anak Krakatau dari tengah laut.

wisatawan mengabadikan gunung anak Krakatau dari atas Kapal Fery


Krakatau Festival 2019 acara yang saya hadiri bersama seorang karib, Darus, merupakan pagelaran festival yang rutin di lakukan setiap tahun di provinsi Lampung. Festival ini merupakan kegiatan mengenang meletusnya gunung Krakatau pada tanggal 26 dan 27 Agustus 1883 di samping itu festival ini juga menjadi sarana untuk melesatarikan seni budaya daerah Lampung serta menjadikan Lampung sebagai tujuan wisata utama Indonesia. Empat rangkaian acara yang telah di helat di Festival ini, Pesona Sai Bumi Ruwa Jurai, Expo Krakatau Lampung, Trip Krakatau, dan Karnaval Tapis & Budaya Lampung.

ombak menghantam tepian gunung anak krakatau


Pagi hingga petang Trip Krakatau pun rampung tepat pukul setengah 5 sore di hari pertama. Kepala saya terasa terombang ambing ketika menginjakkan kaki di pelabuhan, kurang dari 12 Jam saya sudah berlayar 2 kali di Feri di tambah esok malam pun saya kembali menyeberangi laut untuk kembali ke Ibu Kota.

Acara yang sebetulnya kami tunggu-tunggu pun akhirnya tiba, hari kedua di rangakian Krakatau Festival ini di isi dengan Karnaval Tapis & Budaya Lampung. Karnaval yang menampilkan atraksi budaya, pakaian adat yang kaya di provinsi Lampung dan tak terkecuali kain tradisional yang indah yang di sebut Tapis. Karnaval di mulai di pukul 2 siang. Siang amat terik, matahari tepat di atas kepala kami seolah tak terasa karena kemeriahan acara. Peserta mengelilingi lapangan Saburai hingga ke jalan raya utama.

parade krakatau festival


Hari kedua ini pun di hadiri Mentri Pariwisata, Arief Yahya. Parade amat meriah, peserta terlihat sumringah bahagia dan berlenggok bak model saat melakukan parade budaya. Jalan raya penuh dengan wisatawan yang tumpah ruah, festival yang kali pertama saya hadiri ini terasa amat menyenangkan.

Di balik kemeriahan acara ini ada hal yang sedikit mengganjal hati saya, 2 ekor gajah Way Kambas ikut pawai di perayaan hari kedua ini. Gajah ini di pawangi oleh seorang yang duduk di punggunnya, dan di kelilingi dengan polisi hutan lengkap dengan senjata, berjaga jika sang gajah mengamuk. Di balik kemeriahan ada seekor hewan yang semestinya tidak berada di tempat tersebut, terlepas apapun itu. Saya hanya berdiam dan menatap tak tega, berharap di pagelaran Festival tahun depan tidak mengikut sertakan Gajah, dan membiarkan hewan liar itu hidup di habitatnya.

Informasi tambahan : 
  • Pegelaran Festival ini ruitn di lakukan setiap tahun, umumnya di selenggarakan sekitar tanggal 24-27 Agustus.
  • Untuk Trip Krakatau Expo dikenakan biaya kontribusi peserta, kecuali tamu undangan.
  •  Biaya kontribusi ini termasuk makan, snack, asuransi perjalanan, Transportasi.
  • Karnaval Tapis & Budaya Lampung umumnya di helat di kota Bandar Lampung, acara di mulai jam 1 atau 2 siang, tanpa di pungut biaya.



Galeri foto Krakatau Festival 2019 :

gunung anak krakatau terlihat dari tengah lautan

anak krakatau memuntahkan asap

kapal SAR yang mendampingi kapal Fery utama yang membawa Wisatawan dan ASN

Peserta parade dengan pakaian adat
































Tidak ada komentar:

Posting Komentar